Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
To
the point! Shobat, saya minta maaf jika apa yang telah saya sampaikan kemarin
telah menanam luka di hatimu. Tapi; jujur. Saya mengatakan atau lebih tepatnya
mengingatkanmu itu bukan atas dasar apa, melainkan karena saya tidak menginginkan
hal yang tidak kita inginkan terjadi.
Saya
menyampaikan itu di publik (tanpa menyebut namamu) karena saya berharap status
Facebook saya itu bisa mnyadarkan yang lainnya! Saya sadari, saya bukanlah orang yang
suci dari khilaf maupun dosa, saya sama seperti yang lainnya. Tapi; apakah saya harus menunggu suci dulu untuk menyampaikan itu? Lalu kapan semua itu akan tersampaikan jika saya harus menunggu? Bukankah lebih baik jika saya sampaikan sekarang dan kita sama-sama berusaha memperbaiki diri?
Saya
menulis status seperti itu karena hati saya berontak, hati saya menangis kala
melihat foto-fotomu yang (maaf) jika dlihat oleh lawan jenismu akan terangsang
nafsunya.
Saya
maklumi, mungkin sikon-lah yang membuatmu berubah. Tapi; marilah kita selalu
berbenah diri. Saya berharap kau bisa menjadi sahabatku yang pernah saya kenal,
dulu.
Shobat,
saya menyampaikan pesan publik itu bukan atas dasar ingin membuatmu
terpojokkan. Ingat! Tujuan saya membuat pesan publik itu karena saya berharap
pesan/status saya bisa merubah wanita-wanita muslimah lainnya yang mungkin pada
saat itu, dalam keadaan sepertimu.
Karena; jujur. Hati nurani saya miris ketika melihat wanita-wanita musliah terutama sahabat-sahabat saya sendiri tidak bangga terhadap keistimewaan yang diberikan olehNya untuk mereka.
Karena; jujur. Hati nurani saya miris ketika melihat wanita-wanita musliah terutama sahabat-sahabat saya sendiri tidak bangga terhadap keistimewaan yang diberikan olehNya untuk mereka.
Wassalau’alaikum
Wr. Wb.
Sahabatmu
0 komentar:
Posting Komentar